2021 In Memory

#Latepost (Aku tidak sadar, Aku punya draft Di wordpress ini Yang Belum kupost wkwkw, kupublish saja sebagai kenanganku di masa itu, enjoy)

Hai…. hai…. Assalamu’alaikum

Sudah lama sekali tidak blogging ria, sedih ya, rasanya terlalu banyak yang ingin diceritakan, namun waktu untuk menulisnya tidak ada hiks hiks.

2021 sudah berlalu~

Apa saja yang sudah kulakukan? what life brought me for sure?

So, di awal 2021, aku menikah hihi masyaallah, setelah bertahun-tahun menggalau ria dengan si doi, akhirnya Ia datang melamar di akhir 2020 bersama keluarganya. Waktu yang sangat singkat, hingga akhirnya kami menikah satu bulan kemudian (Januari 2021). Pernikahan yang sederhana, dihadiri oleh keluarga dan kerabat dekat serta tetangga kanan kiri rumah saja (karena pandemi)….

Selanjutnya, aku tinggal bersama mertua masih di kota yang sama. Kehidupan awal pernikahan yang terprediksi menyeramkan pada akhirnya ternyata tidak terlalu sulit untuk dijalani alhamdulillah ^_^ Walau tidak bisa dipungkiri asam manis pahitnya semua ada.

Tak lama berselang setelah menikah, aku pun hamil wkwkwk alhamdulillah. Kehamilan yang disepakati berdua, setelah sebelumnya rasanya kami ingin ‘menunda’ dulu selama satu tahun untuk beradaptasi dengan kehidupan pernikahan. Namun atas rekomendasi kedua orangtua, juga atas keputusan kami sendiri (aku dan mas H) kami pun expecting a baby at the end of year xixixi

Tak lama kemudian, bulan ramadhan pun tiba, karena pandemi, kami banyak melakukan aktifitas di rumah saja, sahur, puasa, buka puasa, hingga salat tarawih. Alhamdulillah, memori yang sangat indah berpuasa pertamaku setelah menikah kala itu.

Kemudian, waktu berjalan hingga sampailah kami di bulan keempat kehamilanku, dan kami pun mudik ke Kota Tulungagung (Kampung suami). Suatu pengalaman yang luar biasa bagiku, mengingat selama ini aku hanya mudik ke Kota Cirebon/Indramayu saja bersama mamah papah sejak kecil. Mudik ini cukup jauh untukku yang suuper jarang pergi jauh dalam kurun waktu yang lama.

Di sana aku berkenalan dengan para mbah-mbah di kampung, alhamdulillah hangat sekali mereka menyambutku saat itu.

Sayangnya, tak lama setelah itu, aku dapat kabar bahwa aku harus segera masuk ke sekolah lagi untuk mengajar, setelah sekian lama wfh. Dengan berat hati, aku pun pulang terlebih dahulu ke Tangsel sendirian naik bus bersama baby yang ada di dalam perut. Sedih sekali rasanya waktu itu mas H mengantarku ke terminal, ditambah kondisiku yang sedang hamil. Tapi ini jadi perjalanan yang luar biasa untukku, karena ternyata aku kuat 🙂

Sekian kisahku ini….

Update: Aku Sudah lahiran, anakku sudah berusia 2 tahun lebih. Kami sudah tinggal sendiri (tidak bersama orangtua lagi). Masyaallah, everything was fine.

Current Activities :)

What have changed? Woww, so many….

Tahun 2020 sudah hampir berakhir yaa, menghitung hari. Banyak kegiatan dan pengalaman yang kudapat di tahun yang cantik ini. Banyak yang menyenangkan, tentu juga ada yang sebaliknya, tapi tenang, semuanya memberikan pelajaran yang teramat berharga. 😉

Pandemi dan segala perubahan yang menyertainya

Jujur, masa-masa merutuki keadaan telah berlalu. Aku merasa sudah beradaptasi atau bahkan enjoy dengan perubahan ini. Malah aku khawatir, kalau nanti akan kembali seperti sebelumnya, pasti akan butuh effort besar untuk itu. 😀

Aku tidak kemana-mana (physically), tapi alhamdulillah aku merasa bisa menjangkau lebih banyak hal yang selama ini masih diam dalam ruang rencanaku. Salah satunya melanjutkan S2 😀 Ya memang keinginan untuk melanjutkan kuliah sudah ada sejak dulu, namun aku merasa masih sangat lama untuk mewujudkannya.

Setelah melalui banyak pertimbangan serta diskusi dengan orang sekitar, aku pun memutuskan untuk mendaftar di bulan Mei 2020, kemudian aku diterima, dan semua berlalu begitu saja hihi, alhamdulillah Allah memberikan banyak kemudahan buatku. ❤ Kini aku tengah memasuki minggu ke 11 perkuliahan, dan bulan depan akan ada UAS wkwkwkw (gausah ditanya ya udah bersiap uas atau belum diriku) :D.

Aku juga alhamdulillah diberi kesempatan mengikuti banyak course baik secara offline (sebelum pandemi) ataupun online. Aku senang ketika mendapat ilmu baru, entah itu relate dengan bidang pekerjaanku atau tidak. Rasanya seperti mencoba menu-menu baru makanan yang belum pernah kutemui sebelumnya. Asikk.

Ups and downs of feeling

Tentu tidak smeua hal menyenangkan terjadi tahun ini, ada beberapa pergolakan batin yang cukup menguras tenaga serta emosi yang meghampiri. Alhamdulillah, kini sudah berlalu. Time will pass and heal everything. Quarter-life crisis ini memang berat, baru kusadari ketika perlahan-lahan memasuki dan terjun di dalamnya. Alhamdulillah aku masih selalu berada di pelukan keluarga yang hangat sepeti ini. Yang selalu mendukung dan menghibur hari-hariku yang kelabu. 😀 Pada akhirnya setiap kita akan melewati semua masalah-masalah yang ada dan tersenyum serta terlahir kembali. Menjadi pribadi yang lebih dewasa, lebih tenang, dalam menyikapi segala hal. 🙂

Bersahabat dengan sedih dan bahagia

Keduanya merupakan perasaan alami manusia, It’s Okay Not To Be Okay mereka bilang. Menerima tidak hanya bahagia, melainkan kesedihan pula, mengajarkan kita untuk seimbang dalam hidup ini. Agar tidak selamanya tertawa, juga tidak selalunya menagis.

Please, take care to our #MentalHelathAwareness 🙂

Anak-anak dan keceriaannya

Aku bersyukur, berada di lingkungan yang penuh dengan anak-anak. Semenjak mengajar anak-anak SD ini, aku belajar banyak dari mereka dalam melihat kehidupan secara sederhana. Bahagia itu sederhana, seperti bisa bertemu dengan guru dan teman-teman sekolah, bisa menjawab pertanyaan, dan seterusnya. Mereka sangat berenergi positif.

Career class ID

Tahun 2021 ini sepertinya akan menjadi tahun yang sibuk 😀 Setelah mendaftar kuliah S2 ternyata kebutuhan sosisalku belumlah tercukupi wkwkwk Sejujurnya sejak awal tahun 2020 ini aku sangat ingin ikut kelas karir besutan kak Alia Noviar dan Mas Kurniawan Gunadi. Namun, baru bisa terwujud sekarang, periode 2021. Semoga aku bisa semakin bermanfaat bagi diriku maupun orang-orang sekitarku (dan bisa mengatur waktu dengan baik :D), aamiin!

Kok gajelas ya arah tulisan ini? 😀

Yasudahlah yaa wkwkwk

Terimakasih sudah membaca!

Zulfa, an ENFJ-A

Di suatu malam, sekitar 50 hari menjelang pergantian tahun. 🙂

17 Tahun dari Sekarang….

Waktu.

Berjalan selalu.

Tidak berhenti. Tidak pula beristirahat walau sekejap.

kincir angin

Kita yang mungkin menurut kita masih begini-begini saja ini, ternyata semakin hari semakin menua.

Anak-anak kecil yang dulu kita kenal, tanpa disadari telah meremaja, mendewasa. Begitupun diri kita, sudah berada di fase kehidupan selanjutnya.

Harus bekerja, harus berkomitmen, harus bertanggung jawab, dan berbagai keharusan lain yang kini menjadi kewajiban yang harus dilakukan.

Tanpa kita sadari, bersamaan dengan itu semua …….. kita menua. 🙂

langit

 

17 tahun dari sekarang, usiaku mungkin telah mencapai usia 40-an.

Mungkin saat itu, telah muncul satu, dua, atau bahkan lebih banyak kerutan di wajahku.

Mungkin sedikit atau banyak uban telah menghiasi kepalaku.

Tenagaku pun mungkin tak sebanyak dan semudah hari ini.

 

Aku tidak pernah menyesali waktu yang telah berlalu, karena apa yang terjadi, apa yang aku lakukan di masa lalu-lah yang membentukku jadi pribadiku hari ini.

Satu-satunya yang kukhawatirkan adalah masa depan.

Apakah saat itu aku telah siap berada pada usiaku saat itu?

Apakah aku sanggup, ketika satu persatu orang yang kusayang pergi meninggalkanku satu persatu, perlahan tapi teramat pasti?

Apakah saat itu aku sudah menjadi manusia yang lebih baik dari hari ini? Atau justru sebaliknya? naudzubillah.

Seketika banyak rencana yang ingin dilakukan sebelum kumencapai usia-usia menua tersebut.

Terkadang aku bertanya pada orang-orang yang telah melangkah mendewasa lebih dulu dariku, “Kalau kamu bisa kembali ke usiaku, hal apa sih yang sangat ingin kamu lakukan?” tanyaku.

“Kenapa kamu bertanya begitu?” jawab mereka.

Nggak, aku hanya ingin memastikan kelak aku tidak menyesal atas apapun di masa depan”, ungkapku.

Lalu, kebanyakan mereka menjawab, “Menikmati hidup tanpa harus membebani kita di masa depan”.

Ya, itu jawaban mereka.

Terdengar membingungkan, tapi itulah adanya. Banyak yang terus menerus menjalani hidup, bertanggung jawab atas banyak hal, melakukan rutinitas bertahun-tahun, tanpa menikmati bagaimana indahnya kehidupan itu sendiri. Khidupan yang teramat berharga yang telah Tuhan beri untuk kita. Seraya aku-pun merenung,

Apakah selama ini aku sudah menikmati hidupku?” 🙂

air mengalir

Seketika aku ingin menghapal qur’an, cita-cita sejak kecil yang belum tercapai,

Ingin berkeliling melihat indahnya dunia, alam ciptaanNya,

Ingin menghabiskan waktu bersama orang-orang baik yang kusayang,

dan seterusnya.

 

Banyak ya harapanku. :’)

Semoga aku bisa mewujudkannya, tanpa perlu lupa untuk menikmati hidup itu sendiri.

Terimakasih diriku, sudah menyadari untuk menyiapkan diri sambil menikmati hidup lebih awal.

Kalau kamu? Sudah menyiapkan dirimu dan menikmati hidup belum? 🙂

 

Mardiana Zulfa
2 September 2020
Selepas hujan, di maghrib yang tenang.

 

Rp20.000,- yang Abadi

rain

Sore itu, ketika aku masih kecil, belum juga duduk di bangku SD, aku mengalami kejadian yang tak pernah kulupakan seumur hidup….

Ana saat itu duduk termangu sambil khawatir, kenapa Ana kecil bersedih? Karena saat itu, Aku baru saja kehilangan uang yang Mamah beri untuk membayar SPP bulanan TPA-ku (Taman Pendidikan Al-Qur’an). Aku ingat sekali menaruh uang itu di tasku, tas berwarna biru dengan gambar lemon di depannya.

Waktu itu bangunan tempat pengajianku memang sedang direnovasi, sehingga kelas kami pindah ke masjid agar pembelajaran tetap berlangsung. Akibat dari pemindahan ini, banyak kelas yang agak tercampur satu sama lain karena memang ruangnya terbatas.

Dan kejadian naas itupun berlangsung, ketika aku mau memberi uang spp ku kepada guruku, Bu Imas, kartu serta uang spp 20.000-ku hilang. Aku panik dan sedih. Kala itu, uang itu masih termasuk sangat bernilai bagiku dan keluargaku. Semua teman-temanku se-masjid membantuku mencari uang itu, namun dimana-mana tidak ada. Sampai kuperiksa isi tas teman-temanku, tidak pernah kutemukan.  Akhirnya aku memasrahkan uang itu hilang dan pulang dengan wajah sedih serta khawatir.

Aku takut dimarahi mamahku, meski aku tau mamah bukan memarahiku karena jumlah uangnya, namun karena kecerobohanku. Benar saja, mamah memarahiku dengan kata-kata, “Ana, kan mamah bilang, kalo gurunya udah dateng langsung dikasih, jangan dinanti-nanti, gimana sih?!” ucapnya. Hatiku sedih mengingat cerobohnya diriku saat itu.

Tak lama kemudian, Papah pun pulang. Heran melihatku bersedih, Mamah pun bercerita tentang apa  yang baru saja terjadi, “Ana uang SPP-nya ilang Pah, ditinggal waktu main” ucap Mamah. Papahku yang kupikir akan lebih marah lagi daripada mamahku pun sontak menggendongku dan herannya entah kenapa aku malah menangis (yang mana daritadi dimarahi mamah aku tak menangis sedikitpun).

“Yaudah gausah nangis, gapapa uangnya ilang, liat nih uang papah masih banyak di dompet” ucap Papah seraya menunjukkan isi dompetnya padaku.

Kulihat lembaran uang di dalamnya, aku lihat wajah papahku, dan aku terus saja menangis….

Kuingat, saat itu papahku baru saja pulang ngojek, iya, sesusah itu dahulu keluarga kami, sampai-sampai sepulang Papah kerja ia sempatkan beberapa jam untuk mencari nafkah tambahan. Aku menangis karena aku baru saja menghilangkan uang yang orangtuaku cari susah payah… (Uang 20.000 saat itu cukup untuk mamahku belanja beras, bahan makanan untuk dimasak, serta uang jajanku dan kakakku). :’)

Setelah itu, Papahku menyuruh Mamah untuk mendatangi rumah guruku dengan membawa uang SPP ganti dari uang yang telah hilang, karena sekecil apapun, Papahku sangat memberi perhatian besar bagi pendidikan anak-anaknya. Uang SPP dan biaya-biaya sekolah kami sangat diusahakan dibayar sesuai waktunya dan sejumlah besarannya, jangan sampai terlambat. Masya Allah, barakallahu fiik.

Sesampainya di rumah guruku. Guruku pun mengatakan, “Tidak perlu Bu, setelah kami cari lebih detail, ternyata ada uang 18.000 di sela-sela sandal anak-anak. Sepertinya yang mengambil tidak tega menghabiskan uang itu dan takut mengembalikannya. Jadi kami anggap itu uang Ana dan ibu tidak usah menambah lagi kekurangannya ya.

Oh begitu, makasih ya Bu” jawab mamahku.

Akhirnya kami pulang dan permasalahan di hari itupun selesai dengan sederhananya. Tapi bagiku? Kejadian ini sangat membekas di hati. Sampai saat ini. Sampai detik ini. Aku selalu ingat bagaimana hangatnya pelukan Papah saat menggendongku, menghiburku untuk tidak perlu bersedih karena kehilangan, dan yang terpenting bagaimana kurasakan Ia sangat menyayangiku dengan begitu besarnya. Memori semasa kecil yang begitu indah untuk dikenang dan membuatku berpikir ribuan kali tatkala ingin membantah/melawannya di waktuku beranjak dewasa. Juga menjadi pelajaran berharga bagiku bagaimana menyikapi sesuatu ketika menjadi orangtua kelak, insyaallah….

Beliau laki-laki pertama yang menyayangiku tanpa syarat,

Yang selalu mencukupiku, tanpa mengharap balasan apapun,

Yang tidak memarahiku, ketika aku salah,

Yang menghiburku, ketika aku sedih,

Yang mendekapku dengan hangat, meskipun ia lelah,

Yang tak pernah lupa terucap dalam doaku, agar dirinya sehat selalu dan Allah mengampuni dosa-dosanya juga memberkahi usianya yang kini telah senja….

Dari putri kecilmu yang sudah tidak kecil lagi,

Untuk seluruh kasih sayangmu yang tak pernah bisa dihitung,

Terimakasih, Pah …. I love you as my first and forever love….

IMG_20190612_015815
Semoga sehat selalu Papah 🙂

 

Pamulang, 4 Oktober 2019

///di bawah rembulan malam, yang bersyukur masih berada dalam dekapan keluarga///

Perjalanan Menuntaskan Skripsi

Hii there! 🙂

Namaku Mardiana Zulfa, untuk yang belum tau, aku kuliah di UIN Jakarta dengan jurusan Pendidikan Matematika, jurusan yang kupilih sendiri atas dasar minatku selama ini. Jurusanku merupakan bagian dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yep, Fakultas para calon pendidik di masa depan (katanya).

Skripsi merupakan salah satu wacana yang tidak selalu indah didengar bagi beberapa kalangan, terutama mahasiswa/i semester akhir. Adakalanya semangat itu membara ketika melihat kakak kelas sudah bersinar dengan skripsinya yang cepat selesai ditambah dengan judul yang ‘wah’, namun adakalanya pula semangat itu menurun hempas hilang entah kemana jika terbayang sulitnya atau bahkan menakutkannya menemui Dosen/Kajur.

Gambar9

Aku akan berbagi pengalaman sedikit tentang bagaimana aku berdamai dengan ibu skripsi ini. Here we go…

1. Pergerakan Awal

Iyup, kamu harus sabar. Jangan terburu-buru mengajukan judul. Kamu perlu tau apa sebenarnya tujuan kamu mengerjakan skripsi, karena ke depannya ini adalah booster motivasimu saat kamu sedang down mengerjakan skripsi. Tujuanku saat itu adalah:

“Membahagiakan Orangtua dengan Lulus Sesegera Mungkin (dan malas ke kampus terus)”

2. Memikirkan Judul

Bertanyalah pada mereka yang pernah berkutat dengan skripsi. Ilham apa yang mereka dapat ketika mencari judul. Kalau aku bertanya pada kakakku apa yang harus aku lakukan. Beliau bilang:

Lo tulis, terserah mau di word atau di kertas. Masalah apa yang lo temui sebagai siswa dulu saat belajar Matematika. Lo tulis. Pokonya tulis aja. Tanpa berhenti. Gausah peduliin salah ejaan atau bahasa lo gak formal. Pokonya lo keep writing without any hesitation dah

Lalu apa yang aku tulis….

ide skripsi

Kemudian aku cari deh di google scholar metode pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan sebagai solusi dari masalah yang aku tulis di atas. Dan akhirnya aku menemukan:

puzzle base
3. Membuat Kerangka Proposal

Setelah aku menemukan pembelajaran/metode yang cocok untuk menangani masalah yang aku temui di sekolah dulu, aku menyusun kerangka proposal. Kerangka proposal ini tentunya sudah pernah dijelaskan waktu kuliah Metodologi Penelitian dahulu. Aku mencari sumber-sumber seperti jurnal atau buku sejenis, lalu kumasukkan semuanya dalam kerangka proposal. Sampai kerangka proposalku kupikir pas dan proporsional. Selanjutnya aku….

4. Mengajukan judul ke Ketua Jurusan

Ini adalah sesuatu yang penuh drama dan olahraga jantung serta sebagian mahasiswa merasa sungguh berat. Jujur aku pun merasakan hal yang sama. Saat itu masih dalam waktu libur antara semester 6 dan 7. Aku berpikir ini saat yang tepat untukku datang ke jurusan untuk mengajukan judul, dikarenakan Bapak Kajurku sedang tidak dalam keadaan terlalu lelah (menurutku) dibanding hari-hari biasa ketika hari kuliah. Saat itu, Aku bertekad sebelum masuk semester 7, aku harus sudah ACC. 🙂

Hari pertama mengajukan judul, aku menunggu agak lama di depan jurusan. Sambil mengintip-ngintip apakah kondisi sudah memungkinkan belum bagiku untuk masuk. Sepertinya Bapak sibuk sekali saat itu. Ujungnya hari itu aku tidak jadi ketemu Bapak, karena bapak harus pergi ke kampus lain tempat beliau pula mengajar secepatnya, Sungguh, aku merasa seperti Scrooge McDuck yang kehilangan koin kesayangannya: AMBYAR.

ambyar

Sedih, tapi tidak keluar air mata. Lalu aku merutuki diriku sendiri, “Yahh Na, baru juga hari pertama. Cengeng banget!!”. Kemudian aku datang lagi beberapa hari kemudian. Alhamdulillah bisa bertemu Beliau (dengan banyaknya coretan di kerangka proposalku).
Revisi. Revisi. Di kedatanganku yang keempat menemui Bapak, akhirnya judulku di ACC pada tanggal 3 Agustus 2017. Alhamdulillah T_T. Bapak menunjuk Dosen Pembimbing Semprop (Dosen Ahli) yang memiliki kemampuan relevan dengan judulku, yaitu Bu Dr. Lia Kurniawati, M.Pd.

5. Setelah ACC menuju Semprop

Setelah mendapatkan judul, masa-masa seperti ini lah yang menurutku sangat rentan. Kenapa? Karena biasanya mahasiswa akan merasa tenang karena judul telah berada di tangan. Godaan untuk istirahat, untuk santai sangat besar di fase ini. Ketika bimbingan, aku pernah menemui seniorku dari jurusan lain yang mana beliau mengatakan padaku, “Iyanih Han, gua udah acc dari semester 7. Tapi ya gitu dah, guanya mager. Alhasil gua baru dateng lagi sekarang” saat itu beliau sudah memasuki semester 12.

Hal yang harus dilakukan setelah ACC judul adalah giat Menyiapkan Seminar Proposal. Kalau dijurusanku, kita harus menyusun Gambaran Skripsi milik kita dari bab 1–3 bersama dengan PPT juga pastinya. Beberapa dosen juga menyarankan untuk melakukan studi pendahuluan juga di masa ini. Yang mana aku Alhamdulillah tidak disuruh oleh Dosbingku. “Pakai hasil penelitian kakak kelas Mar, cari yang sejenis!” ungkap beliau.

6. Seminar Proposal 27 Oktober 2017

Akhirnya waktu yang dinanti tiba. Siang itu aku seminar proposal bersama dengan Kak Ismi dan Kak Annisa. Alhamdulillah tidak banyak drama di dalamanya. Aku hanya diperintah untuk memperkuat statemenku dan membuat instrumen yang valid karena metodeku tidak sederhana. Jadilah para penguji proposalku sebagai dosen pembimbing skripsiku ke depannya yaitu Dr. Lia Kurniawati, M. Pd dan Ramdani Miftah, M.Pd.

7. Selama PPL/PPKT a.k.a Kejar Tayang Instrumen (Januari – Mei 2018)

Di jurusanku, ada yang namanya PPKT (Praktek Profesi Keguruan Terpadu) atau umum dikenal sebagai PPL. Satu kegiatan yang sangat bagus bagi calon pendidik/Guru (karena kita diperintah untuk mengajar dan meneliti sebagai guru di sekolah), tapi juga bisa menjadi boomerang untuk mahasiswa itu sendiri. Dosenku dahulu sering mengatakan, “Banyak mahasiswa yang akan menghilang pada PPKT ini”. Satu hal yang benar saja terjadi. Jujur setiap sekolah yang menerima PPKT itu bisa saja memberikan pekerjaan yang cukup berat bagi para mahasiswa PPKT, sehingga kami lupa untuk kembali ke kampus. Kembali dalam arti, entah mengajukan judul, entah bimbingan dsb.

Jujur kemajuan skripsiku pun agak terhambat di fase ini. Tapi Alhamdulillah pada waktu kurang lebih 6 bulan ini, aku dapat menyusun Studi Pendahuluan, Menyusun RPP LKS dan Validasi Instrumen yang akan aku gunakan untuk penelitian nanti.

8. Penelitian Skripsi

Setelah menyelesaikan Laporan PPKT pada bulan Juni 2018, Aku mulai merencanakan penelitian skripsiku di SMAN 3 Kota Tangerang selatan, yaa SMA-ku dan SMA tempat dimana aku melaksanakan PPKT (Si Hana yang Jago Kandang) wkwkwk .

Usai mendapat izin dari kedua dosen pembimbingku, aku pun terjun ke lapangan selama satu bulan untuk penelitian skripsi yaitu pada bulan-bulan pertama tahun ajaran baru (Juli-Agustus 2018). Materi yang kugunakan adalah Turunan Trigonometri Kelas 12 (tidak jadi integral wkwkwk). Karena kelas yang kuajak untuk penelitian adalah kelas yang kupakai juga untuk PPKT maka tidak perlu waktu lama bagi mereka untuk menyesuaikan diri denganku. Alhamdulillah mereka sangat ramah dan supportif pada kakak kelasnya ini :’) Terimakasih 12 IPA 2 dan 12 IPA 3 N3TS tahun ajaran 2018/2019. ❤

ppkt

9. Mengolah Data

Usai penelitian berakhir, waktu yang panjangpun datang yaitu Malam-Malam Pengolahan Data. Dengan berbekal software (SPSS&Ms Excel) dan tutorial dari kang Ucub (re: YouTobe) dan buku sakti Statistika Terapan karya Pak Kadir, Alhamdulillah pengolahan data pun selesai dalam waktu 3 minggu (Agustus akhir – September awal). Meski ada revisi sedikit-sedikit, akhirnya bab 4 pun dapat mulai disusun dengan bimbingan penuh dari Bu Lia serta Pak Ramdhani.

images (5)

10. Ujian Referensi (Uref)

Drama bab 4 yang memakan waktu hampir satu bulan pun usai. Bu Lia mempersilakanku untuk menyiapkan uref. Uref adalah Ujian Referensi, di mana kamu harus menjembrengkan sumber-sumber yang kamu pakai selama proses penyusunan skripsi, baik itu jurnal, buku, artikel, atau bahkan hasil penelitian orang lain yang kamu kutip. Alhamdulillah karena terbiasa menyimpan itu semua dengan malasnya dahulu, pada akhirnya aku pikir tidak akan mengahadapi banyak kesulitan dalam menyusun tabel uref. Hanya ada beberapa buku yang kupikir tadinya aku tidak mencantumkan itu, tapi kok kenapa ada di skripksiku yaaa, akhirnya aku yang malas ke PU (Perpustakaan Univ) ini pun ke sana mencari-cari para tersangka ini (re: buku-buku bahan uref).

Saat itu, aku agak panik juga karena yang tadinya aku merasa santai dalam menyiapkan uref, lalu aku dapat kabar bahwa salah satu dosbingku akan melaksanakan ibadah umroh dalam waktu dekat. Sedangkan saat itu, aku hanya baru memegang bahan-bahannya saja, tapi Aku belum menyusunnya. *Dagdigdug

Memang kita tidak bisa sombong sedikitpun dalam mengerjakan skripsi,  karena pasti ujung-ujungnya kita akan ditegur oleh Nya.

Setelah menyiapkan bahan-bahan dengan rapi dan paripurna (menurutku), aku pun mengirim pesan whatsApp pada bu Lia dan Pak Ramdhani, mengenai kapan beliau-beliau memiliki waktu untuk kutemui Uref. Surprisingly, urefku dapat berjalan lancar dalam kurun waktu satu minggu saja! Alhamdulillah.

11. Proses Pendaftaran Sidang

Mendaftar sidang dengan mengumpulkan beberapa dokumen seperti tanda tangan acc dosen, lembar orisinalitas karya ilmiah, lembar penilaian untuk penguji, lembar berita acara dll. Tidak terlalu banyak hambatan, namun peran para senior atau teman yang sudah berkecimpung terlebih dahulu dalam skripsi sangat diperlukan di sini. 

12. Persiapan Sidang :’)

Aku sudah menyelesaikan proses pendaftaran sidang sejak awal november 2018. Setelah itu, sambil menunggu jadwal/panggilan sidang aku cicil dengan menyusun PPT skripsiku. Aku tidak terlalu rajin, meskipun sebenarnya tidak terlalu sulit. Sampai waktunya tiba….

jadwal sidang

Jadwal sidangpun rilis

Persiapan sidang yang penuh drama, karena kelompok sidangku menerima pemberitahuan bahwa kami akan sidang saat SATU HARI SEBELUMNYA yaitu tanggal 29 November 2018 Pukul 11.00 WIB. Pertama kali aku mendengar hal itu, pikiranku langsung shocked!! Saking syoknya aku sampai tidak bisa berpikir jernih dan memilih untuk….. Pulang ke rumah. 😊 Alhamdulillah rumahku hanya berjarak 20 menit dari kampus. Di rumah aku dapat berpikir tenang. Mamah menyarankanku untuk shalat dzuhur dan makan siang terlebih dahulu, beliau mengatakan aku tidak perlu panik. Karena justru aku seharusnya bersyukur dimudahkan untuk sidang secepat itu.

Pesan dan panggilan whatsApp sudah beratus ratus yang masuk menanyakan serba serbi sidang, aku mulai menyiapkan satu-satu apa yang harus aku lakukan hari itu juga. Karena banyak administrasi yang harus diselesaikan dan pengiriman draft skripsi ke rumah dosen penguji kami masing-masing. Alhamdulillah aku mendapat Ibu Maifalinda Fatra, Ph. D dan Dedek Kustiawati M. Pd sebagai dosen penguji skripsiku esoknya. Dan semua ini selesai ketika maghrib.

Malamnya aku mendapat tugas membeli buah, setelah shalat isya, aku dan Papah pergi ke Giant dekat rumah kami, aku membeli anggur, jeruk, dan pisang seharga hampir 200.000IDR (dicatat untuk kenang-kenangan 😂).

Setelah membeli buah, aku pun tidur selama hampir 3 jam sampai pukul 01.00 pagi karena sudah lelah sekali seharian itu. Kubangun dengan optimisnya untuk menyiapkan keperluan besok, seperti fiksasi PPT dan menyetrika baju wkwkwk. Alhamdulillah aku dapat pinjaman blazer hitam dari tetanggaku sebelumnya, sehingga aku tidak perlu repot membeli malam itu.

13. D-Day Munaqosah alias Sidang

sneekpeak_
Tim Sidang Tahu Bulat, Super Dadakan

Pada tanggal 30 November 2019, di hari jum’at yang cerah, Aku bersyukur mendapat dua dosen penguji yang sungguh baik, bu Linda dan Bu Dedek. Beliau-beliau ini tidak banyak memberiku pertanyaan skakmat yang kubayangkan sebelumnya. Mereka menanyakan alasanku melakukan penelitian skripsi dengan judul ini dan membenahi beberapa kalimat yang dirasa perlu ditambah atau bahkan ditiadakan sama sekali. Kuncinya adalah OPTIMIS dan Jawab dengan yakin. Jangan ragu-ragu, karena kamu yang (mungkin) lebih tahu tentang skripsimu sendiri. Dosen penguji biasanya hanya menguji keyakinan kita pada hasil penelitian tersebut, tapi juga jangan sombong dan terlihat lebih pintar dari dosenmu, karena dilihat darimanapun tentu kapasitas keilmuan beliau-beliau jauh lebih baik dibandingkan diri kita. 😊

14. Revisi, Bebas Pustaka, Bebas Biaya, dan Pendaftaran Wisuda

“Habis sidang, terbitlah revisi”

Dalam waktu 2 minggu, kukejar perjalanan untuk menyelesaikan revisi dan berburu tanda tangan Ketua serta Sekretaris Jurusan. Baru kemudian aku menyerahkan draf skripsi untuk disetujui oleh bapak Dekan FITK selama kurang lebih 3 hari. Sambil mengurus SKL (Surat Keterangan Lulus).

Baru aku bisa mengurus bebas pustaka dengan menyerahkan skripsiku dalam bentuk hardcover dan CD-nya ke perpustakaan jurusan, fakultas, dan universitas. Pada masa ini, kita diharuskan memiliki kesiapan baik dari segi tenaga maupun materi, karena banyak biaya seperti print skripsi bereksemplar-eksemplar, pelunasan biaya kuliah, juga biaya daftar wisuda. Alhamdulillah kuucapkan karena Allah selalu memberikanku rezeki dari berbagai arah, entah itu dari hasilku sendiri maupun pemberian orangtuaku. 😍

Setelah semua proses administrasi selesai, akupun mendaftarkan diri ke website akademik UIN untuk mendaftar wisuda dengan mengupload beberapa dokumen dan juga pas foto. Sampai akhirnya pemberitahuan wisuda itu pun tiba ….

jadwal wisuda

15. Wisuda

Throwback, mungkin beberapa teman-teman ada yang heran, kenapa kami wisuda di bulan Juni 2019, padahal sudah sidang sejak November 2018. Hal ini pun bagian dari hal yang menyedihkan selama perjalanan untuk lulus bagiku dan beberapa teman-teman. Seyogyanya kami dapat mengikuti wisuda bulan februari 2019, yaitu pada wisuda ke 111. Tapi karena akreditasi jurusan kami yang kebetulan sedang habis saat masa pendaftaran wisuda, maka secara otomatis kami harus bersabar mendaftar wisuda pada periode selanjutnya, yaitu Wisuda ke 112 pada bulan Juni 2019.

Namun di luar pemunduran waktu wisuda tersebut, Alhamdulillah kini kami telah melaksanakannya. Wisuda tentu hanyalah ceremony atau perayaan semata, yang terpenting kami dapat menuntaskan masa studi kami (insyaalllah) dengan baik di akhir bulan juni yang cerah ini. 🤗

Harapanku dan mungkin harapan para wisudawan lainnya, semoga ilmu yang kami peroleh selama duduk di bangku kuliah S1 dapat bermanfaat bagi diri kami, agama, nusa, dan juga bangsa kami tercinta. Aamiinn

IMG_20190704_104022

Demikian kisah perjalananku berjuang menyelesaikan kuliah S1, terutama dalam menyelesaikan skripsi.

Terimakasih untuk kalian semua yang kutidak bisa sebutkan satu persatu namanya di sini yang telah menjadi bagian penting di dalamnya. Semoga Allah membalas perbuatan baik kalian dengan balasan yang sebaik-baiknya. Aamiin yaa Rabbal ‘alamiin ❤

🌻Mardiana Zulfa, S. Pd ⛅

4 Juli 2019

 

Penghujung Akhir S1

graduation

Akhir bulan ini, alhamdulillah aku akan diwisuda, wisuda sarjana strata satu, dari jurusanku, Pendidikan Matematika UIN Jakarta.

Rasanya seperti mimpi, aku dan beberapa teman-teman sudah melalui kurang lebih 4 tahun itu dengan akhir yang baik, insyaallah.

Masih teringat ketika baru saja diterima sebagai mahasiswa, hatiku masih galau merana, “apakah ini jurusan yang aku memang sukai dan bisa aku tuntaskan hingga akhir?”, itu pertanyaanku untuk diriku sendiri kala itu.

Alhamdulillah, kehidupan perkuliahan tidak sesulit yang akan kamu bayangkan, jika kamu punya teman-teman yang baik yang mengisi hari-hari belajarmu. Jujur aku termasuk mahasiswa yang tidak pintar-pintar amat di kelas wkwkwk, terkadang aku telat datang, terkadang aku ngantuk di kelas, juga aku kadang tidak mengerti apa yang bapak/ibu dosen sedang bicarakan di depan kelas. Untungnya aku punya teman-teman yang bias kutanyai tiap kumengalami kesulitan. 🙂 Makasih untuk kalian ❤

Kujuga teringan kehidupan selama di asrama selama 2 tahun awal masa kuliah, ada Eva, Evi, Nisa, Ubay, dan Mamih Sururoh yang membuat malam-malamku tak pernah sepi. Ada gelak tawa, ada sesi bertukar pikiran, bahkan sampai ngambek-ngambek kecil pun ada :D. Terimakasih karena telah menginfluence-ku dengan keunikan sifat kalian. Aku beruntung mempunyai saudara seperti kalian semua.

Pada akhirnya, ketika tahun-tahun skripsi itu datang, aku bersyukur karena selalu ada orangtuaku yang tidak pernah lelah mensupportku agar cepat menyelesaikan tugas akhir. Alhamdulillah aku bisa menuntaskan skripsi (sekaligus kuliahku) dalam waktu 4 tahun lebih 2 bulan. Alhamdulillah hadzihi bini’matihi tatimush sholihat, hadza min fadli Rabbi 🙂

Semoga semangat belajarku tidak berhenti seiring berakhirnya kuliah S1-ku ini. Sejatinya manusia adalah makhluk pembelajar, jika ia berhenti belajar, berhenti pulalah kehidupannya saat itu. 🙂

Terus Berjuang Naa!!!!

\*^__^*/ Mardiana Zulfa \*^__^*/

15 Juni 2019

Kebahagiaan Itu Bernama Husnudzon

cropped-images-4.jpg

Setelah bertahun-tahun Aku mencari tau arti kebahagiaan sesungguhnya, aku hanya dapat menemukan satu kata yang tak pernah tergantikan oleh kata apapun, yaitu HUSNUDZON.

Satu kata itu, kata yang selalu aku temui dimana aja, di ucapan sahabat-sahabatku, di beranda fb, di blog seseorang, dimana-mana, memang terkadang tak melulu secara terang-terangan berkata husnudzon, tapi aku yakin intinya pasti ujung-ujungnya ke sana. Pasti.

Satu kata itu, yang paling sering didenger, tapi paling susah dipraktekkan. Sekarang aku baru tau kenapa beberapa guru atau dosen lebih memilih mengambil persentase yang besar dalam nilai praktek, karena emang bro, praktek itu susah-_-

Waktu udah buat janji sama seseorang, kita udah rapih-rapih, udah kece-kece, pokonya tinggal cus aja berangkat, eh dia sms, “Na, maaf ya, kayanya aku gabisa, karena tut tut tut…..”, hadeh, oke, husnudzon Na, husnudzon, kali aja ada keluarganya yang sakit, yang harus dianterin atau ditemenin.

Waktu udah siap-siap tidur, tetiba disuruh ke warung, gedebak gedebuk nyari ini itu, “husnudzon Na, berarti mamah kamu lagi repot banget, dan cuma kamu yang bisa diandalkan”

Waktu udah belajar semaleman, udah ngeluarin isi otak sekuatnya, eh tiba-tiba hasil uts ngga seperti yang diharapkan, “Husnudzon Na, berarti kamu harus belajar makin rajin lagi, supaya kamu gak santai-santai, supaya kamu ngga sombong, jadinya malah terbuai terus uas nya hancur”

dan lain sebagainya…

Dan paling penting dari itu semua adalah husnudzon sama Allah azza wa jala, husnudzon terhadap semua yang sudah  ditulis untuk kita, sejak puluhan ribu tahun yang lalu, husnudzon kalau lagi dikasih sakit, husnudzon kalau dikasih musibah, husnudzon kalau lagi dijatuhkan orang lain.

 

Mardiana Zulfa, A Positive Mind Enthusiast 🙂

15 Juni 2019

Daily Sky Udah Setahun!~

tumblr_mpcfcaJofN1rnj37so1_500

Alhamdulillah, blog ini masih istiqomah diurusin sama yang punya 😀 ngga kerasa udah setahun daily sky online di dunia maya. Biarpun rata-rata isinya abstrak alias gaje, aku sih oke-oke aja 😀

Jadi ya masbro, mbasist, dulu asal muasal lahirnya blog ini adalah, atas kebosenan sang author, alias saya, yang lagi dalam masa transisi SMA dan kuliah, karena alhamdulillah dapet libur yang lumayan cukup lama, yaitu selama 3 bulan, jadinya aku mikir untuk nulis aja, dan wordpress-lah yang terpilih sebagai tempat tulisanku ini bersarang, weilah-_-

Kenapa namanya daily sky?

karena kebetulan aku sukaaa banget sama yang namanya langit, entah kenapa kalo ngeliat langit kayanya lapang, tenang, adem dan pengen banget ke sana. Dan juga kuberi tambahan Daily supaya lebih berarti ke “apa warna langitmu hari ini”, karena di bawah langit ada banyak sekali kehidupan, jadi Daily Sky itu maksudnya “apa yang kamu alami hari ini?”… hehe, nggak nyambung ya? yaudah sih 😀

sebenernya blog ini menurut aku rada mirip kaya diary, karena emang sebelumnya suka baca-baca diary seseorang yang diabadikan dalam blog, eh aku jadi tertarik wkwk… tapi kadang blog ini juga bisa jadi lembaran-lembaran puisi kalo authornya lagi melow, atau syahdu, atau lagi nemu something yang inspiratif banget buat di konvert jadi tulisan (kayak) sastra hehe

dan aku juga pernah baca tulisan seseorang, “membacalah maka kau hidup, dan menulislah maka kau kekal”. Artinya dengan tulisan ini, sekalipun kita ngga ada, orang-orang bisa tau kalo kita pernah ada, ya salah satunya dengan membaca tulisan-tulisan kita. Aku berdoa semoga tulisan-tulisan yang aku buat bukan malah menjadi dosa jariyah sekalipun aku-nya ini udah ngga ada, alias died 🙂

Dan aku juga termsuk orang yang shor term memory, maka dengan blog ini aku mau keep my moments on my writing, hehe kan lucu kalau beberapa tahun lagi aku flashback ke tulisan-tulisan lama aku, terus aku ketawa karena aku absurd banget. Jangan-jangan nanti aku tetep absurd, ya Allah jangan ;(

Kalo dari penulisnya sendri, alhamdulillah belum banyak perubahan, dulu single fighter sekarang juga masih :p, dll dll ya mungkin ada, karena sekarang makin banyak yang ingin diraih, makin banyak masalahnya, hehe namanya juga orang hidup 🙂

hmm mungkin segitu aja dulu, see you!~

Mardiana Zulfa, 11 Agustus 2015

Tangerang Selatan^^

Cinta, Antara Realita dan Definisi

00d8e022d069c358679c7d8d182136e3

Kulihat orang lalu lalang jatuh cinta sampai jadi gila
Kulihat orang menderita karena cinta sampai hampir mati

padahal aku memandang cinta itu mulia
cinta itu membawakan ketenangan
bukan kegalauan, kegamangan dan kegelisahan

Kulihat banyak orang kehilangan arah, karena buta oleh cinta
Kulihat banyak orang tersesat, karena mengikuti cinta

padahal aku memandang cinta itu cahaya
bukan kegelapan, kesesatan dan kehilangan

Cinta mana yang aku cari
Cinta mana yang mereka rasai

Lebih baik aku tak pernah mencinta, kalau aku hanya dibuatnya sengsara

Lebih baik aku mencinta selamanya, jika kudapati Ia sebagaimana definisinya yang sebenarnya

#love #lovelife #loveislove #loveit #lovephoem #loveisironic #abstract